Jika mau sukses harus konsisten, konsisten terhadap apa yang kita mulai. Banyak sekali orang gagal dalam berusaha bukan karena dia nggak mampu, tapi karena dia menjalankan usahanya dengan setengah hati, tak serius. Ketika dia memulai bisnis A, baru setengah jalan doi udah ngelirik bisnis B, C dan D. Begitu seterusnya. Sampai pada akhirnya, bisnis tak termanage dengan baik dan wassalam.
Jiwa anak muda sudah sepantas menggelora, tapi dengarkanlah nasehat baik dari orang tua. Dengarkan mereka baik-baik, orang tua tak akan mungkin menyengsarakan anak mereka. Mungkin saat ini kita belum paham dengan maksud mereka, tapi suatu saat kita akan termenung sambil mengingat kata mereka, dan bergumam “oh iya ya, bener juga kata emak dan abah dulu”. Hal ini udah gue alamin berkali-kali. Saat sebuah semangat bisnis sedang begitu bergelora, gue harus menabrak tembok yang begitu kokoh yang mementalkan gue ke pojok bangunan yang sepi. Tapi itulah hidup, harus saling mengingatkan dan meneladani.
Gue beruntung punya orang tua yang selalu memotivasi diri gue pribadi untuk terus berkembang dan maju. Meskipun ada kalanya terjadi perbedaan pendapat, tapi itulah yang membuat gue semakin dekat dengan mereka. Kakak dan adik gue juga sangat luar biasa, semua hal kita diskusiin bareng, mulai dari obrolan yang penting sampai yang emang bener-bener penting. Semuanya harus mencapai mufakat sebelum kita melangkah. Ini yang disebut DE-MO-KRA-SI. Demokrasi kecil yang melatih kita melangkah ke tahap selanjutnya.
Trus apa kaitannya bisnis dan demokrasi bro?
Jadi memulai demokrasi merupakan cara terbaik untuk menentukan sebuah bisnis baru. Dengan demokrasi kita mengetahui hal-hal apa saja yang masih dianggap kurang dalam konsep sebuah bisnis. Terkadang dalam demokrasi juga dibutuhkan seseorang yang selalu memiliki pemikiran berbeda dengan kita. Orang tersebut akan memberikan kita sudut pandang lain dalam menyikapi suatu masalah baru yang ada.
In this article:
Click to comment